Rabu, 05 April 2017

Contoh Biografi Seorang Ayah





Lelaki yang sedang sholat tahajjud itu berusia sekitar empat puluhan, dengan tatapan khusu’ ke tempat sujud beliau melaksanakan salah satu sholat sunnah itu,banyak orng ketika waktu seperempat malam seperti ini masih terlelap dalam tidur, masih bergelut di dalam selimut menikmati mimpi-mmpi indah mereka, tetapi  berbeda dengan lelaki yang umurnya sudah mencapai kepala empat ini, bagi beliau sholat tahajjud yang sedang dia laksanakan ini adalah proses menuju kesuksesan. “Manusia tidak bisa sukses hanya dengan kerja keras semata, tetapi perlu di imbangi dengan do’a.” imbuh beliau.


Mat Saleh, begitulah nama lengkap lelaki yang ku anggap sebagai motivator dalam hidupku. Beliau lahir pada tanggal 18 April 1986 di Singkawang. Menikah pada tanggal 28 Agustus 1997 dengan seorang wanita yang cantik dan penuh dengan rasa tanggung jawab bernama Emi Miswati. “Dia” yang kini sebagai ibu rumah tangga  sekaligus Ibu yang sangat ku hargai dan sangat kucintai. Mereka  di keruniai 3 orang anak, pertama Aku (Muhammad Thoyyibi), anak ke2 (Fathurrahman Ar-Rasyid), dan anak yang terakhir kalau Abi belum ada rencana ingin mempunyai anak lagi, bernama (Iffah Nazhifah).


Lelaki yang biasa ku panggil Abi  tersebut duduk melepas lelah sambil menikmati angin sepoi-sepoi di depan rumah. Sungguh bangga aku melihat Abi, mendengar kisah hidupnya yang penuh dengan lika liku kehidupan, membuatku merasa bahwa menyerah adalah hal paling bodoh yang di lakukan oleh seorang manusia.


Sejak kecil Abi terbiasa hidup mandiiri dengan keluarga yang tingkat perekonomiannya cukup, membuat Abi bisa menempuh jenjang pendidikan dari SD-MTs-Ma sampai ke jenjang perguruan tinggi (S1) sampai pada tingkat pasca sarjana (S2). Orang tua beliau sangat mengutamakan pendidikan agama ke pada beliau beserta saudara-saudaranya, walauapun kecilnya beliau belajar di SD tetapi beliau juga tetap mengenyam pendidikan agama dengan berguru ke kiyai  yang memang bersedia mengajarkan ilmu agama dan mengaji. Supaya bisa berguru kepada kiyai tersebut, beliau harus rela berjalan kaki sekitar 3 kilo dari rumah, di tambah dahulu akses jalan tidak sebagus sekarang, masih banyak hutan dan apabila malam hari tidak ada penerangan jalan, sehingga apabila beliau mau pulang malam hari harus menyediakan obor sebagai penerang jalan. Begitupun setelah beliau lulus SD, beliau langsung melanjutkan pendidikan di MTsn di lanjutkan dengan MAnya di sebuah pesantren, Pesantren Ushuludin namanya, beliau juga termasuk murid yang pintar “Abi dari kecil selalu mendapatan ranking satu di kelas.” Kata beliau kepadaku. Kata-kata tersebut membuatku termotivasi untuk selalu mengejar peringkat satu di kelas, belajar dengan tekun dan tidak lupa untuk selalu berdoa serta ta’at kepada orang tua adalah kuncinya, walaupun di iming-iming dengan uang jajan juga hehe.


Abi d kenal sebagai orang yang tegas dan disiplin, apalagi prihal ibadah, beliau sangat ketat mengawasi kami anak-anaknya agar selalu ta’at beribadah dan selalu tepat waktu, tapi bukan hanya ibadah wajib, ibadah-ibadah sunnah juga beliau perhatikan misalnya sholat tahjjud, beliau pasti membangunkan kami anak-anaknya tepat jam 3 malam supaya melaksanakan sholat tahjjud. Tidak hanya kami anak-anaknya, para santri juga sangat beliau tekankan agar melaksanakan sholat tahajjud ketika beliau masih menjadi  Mudir di Ponpes Al-Fatah Singkawang, sholat tahajjud pun di wajibkan bagi seluruh santri.


Abi adalah orang yang menjadi motivatorku dalam hal belajar, karena  beliau berhasil menyelesaikan jenjang pendidkan sampai S2 jadi gelar abi sekarang adalah Magister/Master. “Bang, Abi sekarang sudah menyelesaikan S2, kamu jangan sampai berakhir hanya S1 kamu harus bisa melebihi Abi sampai S3.” Pesan beliau kepadaku ketika aku baru lulus MA di Pesantren Al-Fatah. Pesan beliau itulah yang membuat aku termotivasi untuk memenuhi harapan beliau. Untuk memenuhi harpan beliau aku pun ikut merantau juga mengikuti jejak beliau pada saat masih muda, ketika beliau masih muda, untuk menyelesaikan serjana (S1) beliau juga merantau ke jawa, karena itulah aku berfikir untuk ikut merantau juga.


Banyak pelajaran yang dapatku ambil dari Abi, tidak bisa ku sebutkan semua di dalam artikel ini tapi satu yang paling berkesan adalah ketika aku melhat Abi sebagai kepala rumah tangga yang penuh dengan rasa tanggung jawab, bagaimana beliau mendidik kami begitu tegas dan disiplin, bagaimana dia memenuh semua permintaan anak-anaknya yang beraneka ragam tetapi tidak pernah mengeluh walaupun kadang sedang dalam kondisi ekonomi yang sulit dan bagaimana beliau melindungi dan mengayomi keluarganya. Harapanku sebagai anak yang paling tua sangat ingin memperlihatkan  kepada  Abi bahwa  anak-anaknya ini terutama Aku sebagai anak yang pertama  insyallah akan  menjadi anak yang sholeh dan sukses baik di dunia maupun di Akhirat kelak.





0 komentar:

Posting Komentar