Lelaki yang sedang sholat tahajjud itu berusia sekitar
empat puluhan, dengan tatapan khusu’ ke tempat sujud beliau melaksanakan salah
satu sholat sunnah itu,banyak orng ketika waktu seperempat malam seperti ini masih
terlelap dalam tidur, masih bergelut di dalam selimut menikmati mimpi-mmpi
indah mereka, tetapi berbeda dengan
lelaki yang umurnya sudah mencapai kepala empat ini, bagi beliau sholat
tahajjud yang sedang dia laksanakan ini adalah proses menuju kesuksesan.
“Manusia tidak bisa sukses hanya dengan kerja keras semata, tetapi perlu di
imbangi dengan do’a.” imbuh beliau.
Mat Saleh, begitulah nama lengkap lelaki yang ku anggap
sebagai motivator dalam hidupku. Beliau lahir pada tanggal 18 April 1986 di
Singkawang. Menikah pada tanggal 28 Agustus 1997 dengan seorang wanita yang
cantik dan penuh dengan rasa tanggung jawab bernama Emi Miswati. “Dia” yang
kini sebagai ibu rumah tangga sekaligus
Ibu yang sangat ku hargai dan sangat kucintai. Mereka di keruniai 3 orang anak, pertama Aku (Muhammad
Thoyyibi), anak ke2 (Fathurrahman Ar-Rasyid), dan anak yang terakhir kalau Abi
belum ada rencana ingin mempunyai anak lagi, bernama (Iffah Nazhifah).
Lelaki yang biasa ku panggil Abi tersebut duduk melepas lelah sambil menikmati
angin sepoi-sepoi di depan rumah. Sungguh bangga aku melihat Abi, mendengar
kisah hidupnya yang penuh dengan lika liku kehidupan, membuatku merasa bahwa
menyerah adalah hal paling bodoh yang di lakukan oleh seorang manusia.
Sejak kecil Abi terbiasa hidup mandiiri dengan keluarga
yang tingkat perekonomiannya cukup, membuat Abi bisa menempuh jenjang
pendidikan dari SD-MTs-Ma sampai ke jenjang perguruan tinggi (S1) sampai pada
tingkat pasca sarjana (S2). Orang tua beliau sangat mengutamakan pendidikan
agama ke pada beliau beserta saudara-saudaranya, walauapun kecilnya beliau belajar
di SD tetapi beliau juga tetap mengenyam pendidikan agama dengan berguru ke
kiyai yang memang bersedia mengajarkan
ilmu agama dan mengaji. Supaya bisa berguru kepada kiyai tersebut, beliau harus
rela berjalan kaki sekitar 3 kilo dari rumah, di tambah dahulu akses jalan
tidak sebagus sekarang, masih banyak hutan dan apabila malam hari tidak ada
penerangan jalan, sehingga apabila beliau mau pulang malam hari harus
menyediakan obor sebagai penerang jalan. Begitupun setelah beliau lulus SD,
beliau langsung melanjutkan pendidikan di MTsn di lanjutkan dengan MAnya di
sebuah pesantren, Pesantren Ushuludin namanya, beliau juga termasuk murid yang
pintar “Abi dari kecil selalu mendapatan ranking satu di kelas.” Kata beliau
kepadaku. Kata-kata tersebut membuatku termotivasi untuk selalu mengejar
peringkat satu di kelas, belajar dengan tekun dan tidak lupa untuk selalu
berdoa serta ta’at kepada orang tua adalah kuncinya, walaupun di iming-iming
dengan uang jajan juga hehe.
Abi d kenal sebagai orang yang tegas dan disiplin,
apalagi prihal ibadah, beliau sangat ketat mengawasi kami anak-anaknya agar
selalu ta’at beribadah dan selalu tepat waktu, tapi bukan hanya ibadah wajib,
ibadah-ibadah sunnah juga beliau perhatikan misalnya sholat tahjjud, beliau
pasti membangunkan kami anak-anaknya tepat jam 3 malam supaya melaksanakan
sholat tahjjud. Tidak hanya kami anak-anaknya, para santri juga sangat beliau
tekankan agar melaksanakan sholat tahajjud ketika beliau masih menjadi Mudir di Ponpes Al-Fatah Singkawang, sholat
tahajjud pun di wajibkan bagi seluruh santri.
Abi adalah orang yang menjadi motivatorku dalam hal
belajar, karena beliau berhasil
menyelesaikan jenjang pendidkan sampai S2 jadi gelar abi sekarang adalah
Magister/Master. “Bang, Abi sekarang sudah menyelesaikan S2, kamu jangan sampai
berakhir hanya S1 kamu harus bisa melebihi Abi sampai S3.” Pesan beliau
kepadaku ketika aku baru lulus MA di Pesantren Al-Fatah. Pesan beliau itulah
yang membuat aku termotivasi untuk memenuhi harapan beliau. Untuk memenuhi
harpan beliau aku pun ikut merantau juga mengikuti jejak beliau pada saat masih
muda, ketika beliau masih muda, untuk menyelesaikan serjana (S1) beliau juga
merantau ke jawa, karena itulah aku berfikir untuk ikut merantau juga.
Banyak pelajaran yang dapatku ambil dari Abi, tidak bisa
ku sebutkan semua di dalam artikel ini tapi satu yang paling berkesan adalah
ketika aku melhat Abi sebagai kepala rumah tangga yang penuh dengan rasa
tanggung jawab, bagaimana beliau mendidik kami begitu tegas dan disiplin,
bagaimana dia memenuh semua permintaan anak-anaknya yang beraneka ragam tetapi
tidak pernah mengeluh walaupun kadang sedang dalam kondisi ekonomi yang sulit
dan bagaimana beliau melindungi dan mengayomi keluarganya. Harapanku sebagai
anak yang paling tua sangat ingin memperlihatkan kepada
Abi bahwa anak-anaknya ini
terutama Aku sebagai anak yang pertama insyallah akan
menjadi anak yang sholeh dan sukses baik di dunia maupun di Akhirat
kelak.
0 komentar:
Posting Komentar