Selasa, 21 Maret 2017

Bani Abbasyiah dan Masa Kejayaannya



 Oleh: Muhammad Thoyyibi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat memproses menjalankan tugas yaitu membuat sebuah makalah yang sederhana tapi dengan harapan dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi kita semua.
Pemerintahan Abbasiyah adalah berketurunan daripada al Abbas,paman Nabi SAW. Pendiri kerajaan al Abbas adalah Abdullah as Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al Abbas, dan pendiriannya dianggap suatu kemenangan bagi idea yang dianjurkan oleh kalangan bani Hasyim setelah kewafatan Rasulullah SAW. Agar jabatan khalifah diserahkan kepada keluaga Rasul dan sanak saudaranya.Tetapi idea ini telah dikialahkan pada zaman permulaan islam dimana pemikiran islam yang sehat menetapkan bahwa jabatan khalifah itu adalah milik kepunyaan seluruh kaum Muslimin, dan mereka berhak melantik siapa saja antara kalangan mereka untuk menjadi ketua setelah mendapat dukungan. Tetapi orang-orang Parsi yang masih berpegang kepada prinsip hak ketuhanan yang suci,terus berusaha meyebarkan prinsip tersebut,sehingga mereka berhasil membawa Bani Hasyim ke tampuk pemerintahan.
Semoga Allah SWT memberi keridhaan atas pembuatan makalah sejarah kebudayaan islam tentang masa keemasan bani abbasiyah ini dan dapat menyumbang pengetahuan serta dapat berfaedah bagi kita semua amin.

2.      Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Latar belakang Dinasti Abbasiyah ?
b.      Bagaimana Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah ?
c.       Siapakah para Khalifah yang mencapai keemasan ?
d.      Apa saja faktor – faktor keberhasilan Bani Abbasiyah ?
e.       Siapa sajakah Tokoh intelektual muslim yang muncul ?

3.      Tujuan
a.       Untuk mengetahui latar belakang Dinasti Abbasiyah
b.      Untuk mengetahui perkembangan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah
c.       Untuk mengatahui para khalifah yang membawa Dinasti Abbasiyah mencapai keemasan
d.      Untuk mengetahui faktor-faktor keberhasilan Dinasti Abbasiyah
e.       Untuk mengetahui tokoh-tokoh intelektual muslim yang muncul dari Dinasti Abbasiyah








BAB 2
PEMBAHASAN
1.      Latar Belakang Dinasti Abbasiyah
Nama Dinasti Abbasiyah diambilkan dari nama salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW. Yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muttalib ibn Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
Pemerintahan Bani Umayyah adalah pemerintahan yang mempunyai wibawa yang besar, meliputi wilayah yang luas, Mulai dari wilayah Sind dan berahir di Spanyol. Namun hanya Dinasti ini hanya bisa bertahan kurang dari 1 abad karena kurang mendapat simpati dari rakyatnya. Hal ini yang menyebabkan munculnya Dinasti Abbasiyah.

2.      Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
a.       Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah ini diawali dari tahap persiapan dan perncanaan yang dilakukan oleh Ali ibn Abdullah ibn Abbas, seorang zahid yang hidup pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Persiapan yang dilakukan Ali adalah melakukan propaganda terhadap umat islam (utamanya Bani Hasyim).
Propaganda Muhammad ibn Ali mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat karena beberapa faktor yaitu meningkatnya kekecewaan kelompok mawali terhadap Dinasti Bani Umayyah karena selama Dinasti ini berkuasa mereka ditempatkan pada posisi kelas dua dalam sistem sosial sementara orang-orang Arab menduduki kelas bangsawan, pecahnya persatuan antar suku bangsa Arab dengan lahirnya fanatisme kesukuan antara Arab utara dengan Arab selatan, timbulnya kekecewaan kelompok agama terhadap pemerintahan yang sekuler karena mereka menginginkan pemimpin negara yang memiliki pengetahuan dan integritas keagamaan yang mumpuni, perlawanan dari kelompok Syiah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas oleh Bani Umayyah karena mereka tidak mudah melupakan peristiwa tersebut.
Sebelum menggulingkan kekuasaan Dinasti Umayyah, para keluarga Abbas melakukan berbagai persiapan dengan melakukan pengaturan strategi yang kuat dan persiapan yang matang juga dukungan yang kuat dari masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan pemikiran matang dan strategi yang dapat memperhitungkan keadaan untuk melakukan gerakan propaganda tersebut.
Ali bin Abdullah bin Abbas kemudian digantikan anaknya Muhammad bin Ali.Pada masa Muhammad bin Ali ini, usaha mendirikan dinasti Abbasiyah semakin meningkat dengan memperluas gerakan antara lain kota Al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan organisasi Kufah sebagai kota penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Setelah Muhammad bin Ali wafat, beliau digantikan oleh anaknya Ibrahim Al-Imam guna mempertahankan wilayahnya beliau mengangkat panglima perang Abu Muslim al-Khurasan dan berhasil merebut Khurasan dan mencapai kemenangan. Setelah beliau wafat, perjuangannya diteruskan oleh adiknya yaitu Abu Abbas bin Muhammad bin Ali,beliau ingin merangkul kekuatan dari keluaga lain yaitu Bani Hasyim dan kaum Alawiyin yang tidak pernah mendapat perhatian dan dikucilkan oleh Dinasti Umayyah.
Dengan bergabungnya Bani Hasyim dan Kaum Alawyin maka gerakan Abu Abbas menjadi kekuatan yang ditakuti oleh Bani Umayyah,melihat posisinya semakin terpojok akhirnya Marwan bin Muhammad penguasa terakhir Dinasti Bani Umayyah menyelamatkan diri dari kejaran massa menuju ke wilayah Mesir tepatnya di Fustad, disitulah dia mati terbunuh pada tahun 132 H/750 M. Terbunuhnya Khalifah terakhir Bani Umayyah ini menandai era baru dalam perjalanan sejarah pemerintahan islam, kemudian kekuasaan pindah ke tangan penguasa baru yaitu para penguasa yang berasal dari keturunan Hasyim atau keturunan Abbas kemudian Dinasti ini disebut dengan Dinasti Abbasiyah.

b.      Peta Wilayah Islam
Pada masa daulah Bani Abbasiyah ini wilayah islam sangat luas,meliputi wilayah yang dikuasai oleh Bani Umayyah antara lain Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni Emirat, Arab, Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina (Israel), Libanon, Mesir, Libia, Tunisia, az-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan.
Sikap politik daulah Abbasiyah berbeda dengan daulah Bani Umayyah sebab dalam daulah Bani Abbasiyah pemegang kekuasaan lebih merata, bukan hanya dipegang oleh bangsa Arab, tetapi lebih demokratis melihat bahwa kekuasaan itu harus dibagi-bagi dalam segala kekuatan masyarakatnya, maka bangsa Persia juga diberi kekuasaan begitu juga bangsa Turki dan lainnya.
c.       Pemerintahan Bani Abbasiyah
Pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khalifah Umayyah dimana pendiri dari khalifah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas dimana pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
·         Periode pertama (132-232 H/750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
·         Periode kedua (232-334 H/847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
·         Periode ketiga (334-447 H/945-1055 M), Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
·         Periode keempat (447-590 H/1055-1194 M), disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
·         Periode kelima (590-656 H/1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.

3.      Khalifah – Khalifah Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul kokoh dan merupakan pusat kekuasaan, politik, dan agama.Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai keemasan dibawah pimpinan Al-Mahdi, Al-Hadi, Harun ar-Rasyid,al-Ma`mun, Al-Mu`tashim, Al-Wasiq dan Al-Mutawakil.
a.       Al-Mahdi (775-785 M)
Al-Mahdi dilahirkan di Hamimah pada tahun 126 H. Sewaktu ayahnya Al-Mansur mulai menjadi khalifah, Al-Mahdi berusia 10 tahun dan Isa bin Musa sebagai putra mahkota bakal pengganti Al-Mansur menurut perjanjian yang dibuat oleh Abul Abbas As-Saffah,tetapi Al-Mansur berniat untuk mencalonkan anaknya menjadi penggantinya kelak. Karena itu beliau mengambil langkah-langkah untuk mengasuh dan mengajarnya tentang kepahlawanan dan cara-cara memimpin tentara.
Ketika Al-Mahdi menjadi khalifah, negara telah dalam keadaan stabil dan mantap, dapat mengendalikan musuh-musuh dan keuangannya pun telah terjamin. Karena itu zaman pemerintahan Al-Mahdi terkenal sebagai zaman yang makmur dan hidup dalam kedamaian. Al-Mahdi telah memerintah supaya dibangun beberapa buah bangunan besar di sepanjang jalan yang menuju ke Makkah sebagai tempat persinggahan para musafir,memerintahkan supaya dibuat kolam-kolam air untuk kepentingan kelompok-kelompok kafilah dan hewan-hewan mereka dan mengadakan hubungan pos di antara kota Bagdad dan wilayah-wilayah islam yang terkemuka.
b.      Al-Hadi (775-786 M)
Al-Hadi adalah khalifah pengganti Al-Mahdi yang merupakan anaknya sendiri, pada tahun 166 H Al-Mahdi melantik pula anaknya yang seorang lagi yaitu Harun Ar-Rasyid sebagai putra mahkota bakal pengganti Al-Hadi.Kalau Al-Mahdi wafat, Al-Hadi dilantik menjadi khalifah yang menggantikannya secara resmi.
Khalifah Al-Hadi ialah khalifah yang tegas, walaupun beliau gemar berhibur dan bersenda gurau, tetapi semua itu tidak melalaikannya dari memikul tanggung jawab.
Seperti yang telah diketahui khalifah Al-Hadi adalah seorang yang berhati lembut, berjiwa bersih, berakhlak baik, baik tutur katanya, senantiasa berwajah manis dan jarang menyakiti orang.
c.       Harun ar-Rasyid (785-809 M)
Harun ar-Rasyid dilahirkan di Raiyi pada tahun 145 H, ibundanya adalah Khaizuran, bekas seorang hamba yang juga ibunda Al-Hadi. Beliau telah dibesarkan dengan baik sewaktu beliau diasuh agar berpribadi kuat dan berjiwa toleransi. Ayahanda beliau Al-Mahdi telah memikulkan beban yang berat, bertanggung jawab memerintah negeri dengan melantik beliau sebagai amir di Saifah pada tahun 163 H.Pada tahun 164 H beliau dilantik memerintah seluruh wilayah Anbar dan negeri-negeri di Afrika Utara.Harun Ar-Rasyid telah melantik pula beberapa orang pegawai tinggi, mewakili beliau di kawasan-kawasan tersebut.
Pribadi dan akhlak Khalifah Harun Ar-Rasyid adalah baik dan mulia yang menyebabkan beliau sangat dihormati dan disegani. Beliau adalah salah seorang khalifah yang suka bercengkrama, alim dan dimuliakan. Selain itu, beliau juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang pemurah dan suka berderma. Beliau juga menyukai musik, ilmu pengetahuan dan dekat dengan para ulama serta penyair.
Pada zaman pemerintahan Harun Ar-Rasyid, Baitul Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan memberikan setiap orang makanan yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin.Sebelum itu khalifah Al-Mahdi juga berbuat demikian tetapi dengan nama pemberian, sementara Khalifah Harun Ar-Rasyid menjadikannya suatu tugas  dan tanggung jawab Baitul Mal.
Khalifah Harun Ar-Rasyid mampu membawa negeri yang dipimpinnya ke masa kejayaan, kemakmuran dan kesejahteraan. Berikut usaha Harun ar-Rasyid selama masa pemerintahannya:
·         Mengembagkan bidang ilmu pengetahuan dan seni.
·         Membangun gedung-gedung dan sarana sosial.
·         Memajukan bidang ekonomi dan industri.
·         Memajukan bidang politik pertahanan dan perluasan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
d.      Al-Ma`mun (813-833 M)
Nama lengkap khalifah ini adalah Abdullah Abdul Abbas Al-Ma`mun, adalah anak dari Khalifah Harun Ar-Rasyid yang dilahirkan pada tanggal 15 Rabiulawal tahun 170 H/786 M.Kelahirannya bertepatan dengan wafat kakeknya yaitu Musa Al-Hadi,juga bersamaan dengan waktu ayahnya diangkat menjadi khalifah. Adapun ibunda al-Ma`mun adalah seorang bekas hamba sahaya yang bernama Marajil. Selain sebagai seorang pejuang yang pemberani beliau juga sebagai seorang pengusaha yang bijaksana. Semangat berkarya, bijaksana, pengampun, adil, cerdas merupakan sifat-sifat yang menonjol dalam pribadi Al-Ma`mun.
Khalifah Abdullah Al-Ma`mun selama menjabat sebagai pemimpin Daulah Abbasiyah telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan hal-hal sebagai berikut :
·         Menghentikan berbagai gerakan pemberontakan untuk menciptakan stabilitas dalam negeri.
·         Penertiban administrasi negara untuk penataan kembali sistem pemerintahan.
·         Pembentukan badan negara.
·         Pembentukan Baitul Hikmah dan Majlis Munazarah.
Lembaga Baitul Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan (Daur Al-kutub), yang tampaknya juga aktif disana para guru, para ilmuan, disamping aktivitas Penerjemahan, penulisannya dan penjilidannya.
e.       Al-Mu`tashim (833-842 M)
Abu Ishak Muhammad Al-Mu`tashim lahir pada tahun 187 H. Ibunya bernama Maridah. Beliau dibesarkan dalam suasana ketentaraan,karena sifat berani dan minatnya untuk menjadi pahlawan. Di masa pemerintahan Al-Ma`mun, Al-Mu`tashim merupakan tangan kanannya dalam menyelesaikan kesulitan dan memimpin peperangan. Al-Ma`mun juga melantik Al-Mu`tashim sebagai pemerintah di negeri Syam dan Mesir,kemudian melantiknya pula sebagai putra mahkota. Al-Mu`tashim menyandang jabatan khalifah sesudah wafatnya, al-Ma`mun.
Khalifah pindah bersama korp-korps kayangannya ke Samara. Di sana beliau mendirikan istana, masjid dan sekolah-sekolah.Tidak lama kemudian Samara mulai megah seperti Baghdad, tetapi beliau tidak pernah menggantikan Baghdad sebagai pusat intelektual yang besar. Hal ini juga didukung oleh kondisi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini berkembang dengan pesat, bukan hanya ilmu pengetahuan umum tetapi ilmu pengetahuan agama.
f.       Al-Watsiq (842-847 M)
Al-Watsiq dilahirkan pada tahun 196 H, ibunya keturunan Roma bernama Qaratis. Al-Watsiq berperibadi luhur, berpikiran cerdas dan berpandangan jauh dalam mengurus segala perkara. Bapaknya telah memberinya kekuasaan di Baghdad, ketika Al-Mu`tashim berpindah ke Samara bersama-sama dengan angkatan tentaranya kemudian melantiknya sebagai putra mahkota bakal khalifah. Al-Watsiq telah menyandang jabatan khalifah setelah wafatnya Al-Mu`tashim ayahnya.
Al-Watsiq adalah penguasa yang sangat cakap, pemerintahannya mantap dan penuh perhatian, beliau banyak memberikan uang dan menolong ilmu pengetahuan sepenuhnya, industri maju dan perdagangan lancar.
g.       Al-Mutawakkil (847-861 M)
Ja`far Al-Mutawakil adalah putra Al-Mu`tasim Billah (833-842) dari seorang wanita persia. Beliau menggantikan saudaranya Al-Watsiq. Selama masa pemerintahannya Al-Mutawakil menunjukkan rasa toleran terhadap sesama. Al-Mutawakkil mengandalkan negarawan Turki dan pasukannya untuk meredam pemberontakan dan memimpin pasukan menghadapi pasukan asing. Al-Mutawakkil wafat pada tanggal 11 Desember 861 M.
4.      Faktor-Faktor Keberhasilan Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah mencapai puncak keemasannya karena terdapat beberapa faktor diantaranya adalah :
·         Islam makin meluas tidak di Damaskus tetapi di Baghdad.
·         Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
·         Dalam penyelenggaraan negara pada masa Bani Abbasiyah ada jabatan wazir.
·         Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia dan berharga.Para khalifah membuka kesempatan pengembagan pengetahuan seluas-luasnya.
·         Rakyat bebas berpikir serta memperoleh hak asasinya dalam segala bidang.
·         Daulah Abbasiyah,berbakat  usaha yang sungguh-sungguh membangun ekonominya.Mereka memiliki pembendaharaan yang berlimpah-limpah disebabkan penghematan dalam pengeluaran.
·         Para khalifah banyak mendukung perkembangan ilmu pengetahuan sehingga banyak buku-buku yang dikarang dalam berbagai ilmu pengatahuan,serta buku-buku pengetahuan berbahasa asing diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
·         Adanya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu pengetahuan, asimilasi itu berlangsung efektif dan bangsa-bangsa tersebut memberi saham pengetahuan yang bermanfaat.
5.      Lahirnya Tokoh Intelektual Muslim
a.       Bidang Filsafat
·         Al-Khindi (811-874 M)
·         Al-Farabi (870-950 M)
·         Ibnu Sina (980-1037 M)
·         Ibnu Bajjah (453-523 H)
·         Ibnu Rusydi (529-595 H)
·         Ibnu Thufail (225-287 H)
·         Al-Ghazali (1058-1111 M)
b.      Bidang Kedokteran
·         Ibnu Sina (980-1037 M)
·         Ar-Razi (194-264 H)
·         Ibnu Baytsar (810-878 M)
c.       Bidang Matematika
Dalam bidang ini salah satu ahlinya adalah Al-Khawarizmi.Buku pertamanya adalah Al-Jabar (buku pertama yang membahas solusi sistematik dari lnier dan notasi kuadrat),sehingga beliau disebut sebagai Bapak Aljabar. Kata aljabar berasal dari kata aljabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat.
6.      Kesimpulan
Dinasti Abbasiyah adalah bentuk kekuasaan pemerintahan yang bekerja meneruskan pemerintahan Bani Umayyah.Disebut Abbasiyah karena para perancang dan pendirinya adalah keluarga Abbas (Bani Abbas) bin Abdul Mhuthalib yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW.
Dinasti Abbasiyah merupakan imperium islam yang pertama kali mencapai kemajuan yang sangat pesat di dalam ilmu pengetahuan dan sains. Hal ini terjadi karena para khalifahnya sangat peduli dan perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.Usaha awal dimulai dari dibangunnya berbagai lembaga keilmuan seperti kuttub, masjid, madrasah, majlis munazarah dan yang paling mendukung adalah dibangunnya Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemah, perpustakaan, penelitian, serta perguruan islam yang mampu memunculkan para ilmuan islam atau tokoh intelektual muslim.
Para pemimpin pada masa bani Abbasiyah mempunyai kesadaran ilmu yang sangat tinggi, hal ini ditunjukkan masyarakatnya yang antusias dalam mencari ilmu, penghargaan yang tinggi bagi para ulama, para pencari ilmu, tempat – tempat menuntut ilmu, banyaknya perpustakaan – perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum yang dibangun oleh para khalifah pada waktu itu, tradisi intelektual inilah yang seharusnya kita contoh sebagai usaha sadar keilmuan kita dalam mengejar ketertinggalan dan segera  lepas dari keterpurukan.
Perkembangan dan kemajuan Daulah Abbasiyah memberikan pelajaran yang sangat berharga akan pentingnya persatuan dan kesatuan masyarakat demi tercapainya pertahanan dan keamanan sebuah pemerintahan islam agar dapat dengan tenang dalam menciptakannya.

BAB 3
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya amiin dan saya yakin makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah selanjutnya. Jika ada kesalahan saya mohon maaf dan atas perhatiannya saya mengucapkan Jazakumullah.
DAFTAR PUSTAKA

·         Asnawi,Muh,Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang:CV.Aneka Ilmu,2009
·         Ismiyatun,Sejarah Kebudayaan Islam,Madrasah Tsanawiyah
·         Yatim,Badri,Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang:-,1996

0 komentar:

Posting Komentar