Oleh: Muhammad Thoyyibi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat memproses menjalankan tugas yaitu
membuat sebuah makalah yang sederhana tapi dengan harapan dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan bagi kita semua.
Pemerintahan Abbasiyah adalah
berketurunan daripada al Abbas,paman Nabi SAW. Pendiri kerajaan al Abbas adalah
Abdullah as Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al Abbas, dan
pendiriannya dianggap suatu kemenangan bagi idea yang dianjurkan oleh kalangan
bani Hasyim setelah kewafatan Rasulullah SAW. Agar jabatan khalifah diserahkan
kepada keluaga Rasul dan sanak saudaranya.Tetapi idea ini telah dikialahkan
pada zaman permulaan islam dimana pemikiran islam yang sehat menetapkan bahwa
jabatan khalifah itu adalah milik kepunyaan seluruh kaum Muslimin, dan mereka
berhak melantik siapa saja antara kalangan mereka untuk menjadi ketua setelah
mendapat dukungan. Tetapi orang-orang Parsi yang masih berpegang kepada prinsip
hak ketuhanan yang suci,terus berusaha meyebarkan prinsip tersebut,sehingga
mereka berhasil membawa Bani Hasyim ke tampuk pemerintahan.
Semoga Allah SWT memberi keridhaan
atas pembuatan makalah sejarah kebudayaan islam tentang masa keemasan bani
abbasiyah ini dan dapat menyumbang pengetahuan serta dapat berfaedah bagi kita
semua amin.
2.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana Latar belakang Dinasti Abbasiyah ?
b.
Bagaimana Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah ?
c.
Siapakah para Khalifah yang mencapai keemasan ?
d.
Apa saja faktor – faktor keberhasilan Bani Abbasiyah ?
e.
Siapa sajakah Tokoh intelektual muslim yang muncul ?
3.
Tujuan
a.
Untuk mengetahui latar belakang
Dinasti Abbasiyah
b.
Untuk mengetahui perkembangan Islam
pada masa Dinasti Abbasiyah
c.
Untuk mengatahui para khalifah yang
membawa Dinasti Abbasiyah mencapai keemasan
d.
Untuk mengetahui faktor-faktor
keberhasilan Dinasti Abbasiyah
e.
Untuk mengetahui tokoh-tokoh
intelektual muslim yang muncul dari Dinasti Abbasiyah
BAB 2
PEMBAHASAN
1.
Latar Belakang Dinasti Abbasiyah
Nama Dinasti Abbasiyah diambilkan
dari nama salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW. Yang bernama al-Abbas ibn
Abd al-Muttalib ibn Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani
Umayyah atas kekhalifahan islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim
yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
Pemerintahan Bani Umayyah adalah
pemerintahan yang mempunyai wibawa yang besar, meliputi wilayah yang luas, Mulai
dari wilayah Sind dan berahir di Spanyol. Namun hanya Dinasti ini hanya bisa
bertahan kurang dari 1 abad karena kurang mendapat simpati dari rakyatnya. Hal
ini yang menyebabkan munculnya Dinasti Abbasiyah.
2.
Perkembangan Islam pada Masa Dinasti
Abbasiyah
a. Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah
ini diawali dari tahap persiapan dan perncanaan yang dilakukan oleh Ali ibn
Abdullah ibn Abbas, seorang zahid yang hidup pada masa Khalifah Umar bin Abdul
Aziz (717-720 M). Persiapan yang dilakukan Ali adalah melakukan propaganda
terhadap umat islam (utamanya Bani Hasyim).
Propaganda Muhammad ibn Ali mendapat
sambutan yang luar biasa dari masyarakat karena beberapa faktor yaitu
meningkatnya kekecewaan kelompok mawali terhadap Dinasti Bani Umayyah karena
selama Dinasti ini berkuasa mereka ditempatkan pada posisi kelas dua dalam
sistem sosial sementara orang-orang Arab menduduki kelas bangsawan, pecahnya
persatuan antar suku bangsa Arab dengan lahirnya fanatisme kesukuan antara Arab
utara dengan Arab selatan, timbulnya kekecewaan kelompok agama terhadap
pemerintahan yang sekuler karena mereka menginginkan pemimpin negara yang
memiliki pengetahuan dan integritas keagamaan yang mumpuni, perlawanan dari
kelompok Syiah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas
oleh Bani Umayyah karena mereka tidak mudah melupakan peristiwa tersebut.
Sebelum menggulingkan kekuasaan
Dinasti Umayyah, para keluarga Abbas melakukan berbagai persiapan dengan
melakukan pengaturan strategi yang kuat dan persiapan yang matang juga dukungan
yang kuat dari masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan pemikiran matang
dan strategi yang dapat memperhitungkan keadaan untuk melakukan gerakan
propaganda tersebut.
Ali bin Abdullah bin Abbas kemudian
digantikan anaknya Muhammad bin Ali.Pada masa Muhammad bin Ali ini, usaha
mendirikan dinasti Abbasiyah semakin meningkat dengan memperluas gerakan antara
lain kota Al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan organisasi Kufah sebagai
kota penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Setelah Muhammad
bin Ali wafat, beliau digantikan oleh anaknya Ibrahim Al-Imam guna
mempertahankan wilayahnya beliau mengangkat panglima perang Abu Muslim
al-Khurasan dan berhasil merebut Khurasan dan mencapai kemenangan. Setelah
beliau wafat, perjuangannya diteruskan oleh adiknya yaitu Abu Abbas bin
Muhammad bin Ali,beliau ingin merangkul kekuatan dari keluaga lain yaitu Bani
Hasyim dan kaum Alawiyin yang tidak pernah mendapat perhatian dan dikucilkan
oleh Dinasti Umayyah.
Dengan bergabungnya Bani Hasyim dan
Kaum Alawyin maka gerakan Abu Abbas menjadi kekuatan yang ditakuti oleh Bani
Umayyah,melihat posisinya semakin terpojok akhirnya Marwan bin Muhammad penguasa
terakhir Dinasti Bani Umayyah menyelamatkan diri dari kejaran massa menuju ke
wilayah Mesir tepatnya di Fustad, disitulah dia mati terbunuh pada tahun 132
H/750 M. Terbunuhnya Khalifah terakhir Bani Umayyah ini menandai era baru dalam
perjalanan sejarah pemerintahan islam, kemudian kekuasaan pindah ke tangan
penguasa baru yaitu para penguasa yang berasal dari keturunan Hasyim atau
keturunan Abbas kemudian Dinasti ini disebut dengan Dinasti Abbasiyah.
b. Peta Wilayah Islam
Pada masa
daulah Bani Abbasiyah ini wilayah islam sangat luas,meliputi wilayah yang
dikuasai oleh Bani Umayyah antara lain Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman
Selatan, Oman, Uni Emirat, Arab, Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina
(Israel), Libanon, Mesir, Libia, Tunisia, az-Zajair, Maroko, Spanyol,
Afganistan, Pakistan.
Sikap politik daulah Abbasiyah
berbeda dengan daulah Bani Umayyah sebab dalam daulah Bani Abbasiyah pemegang
kekuasaan lebih merata, bukan hanya dipegang oleh bangsa Arab, tetapi lebih
demokratis melihat bahwa kekuasaan itu harus dibagi-bagi dalam segala kekuatan
masyarakatnya, maka bangsa Persia juga diberi kekuasaan begitu juga bangsa
Turki dan lainnya.
c.
Pemerintahan Bani Abbasiyah
Pemerintahan Bani Abbasiyah
merupakan kelanjutan dari khalifah Umayyah dimana pendiri dari khalifah ini
adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah al-Saffah
ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas dimana pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan
Bani Abbas menjadi lima periode :
·
Periode pertama (132-232 H/750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan
Persia pertama.
·
Periode kedua (232-334 H/847-945 M), disebut periode pengaruh Turki
pertama.
·
Periode ketiga (334-447 H/945-1055 M), Periode ini disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
·
Periode keempat (447-590 H/1055-1194 M), disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua.
·
Periode kelima (590-656 H/1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
3.
Khalifah – Khalifah Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan
Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul
kokoh dan merupakan pusat kekuasaan, politik, dan agama.Disisi lain kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi.Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam.
Pada
periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai keemasan dibawah pimpinan
Al-Mahdi, Al-Hadi, Harun ar-Rasyid,al-Ma`mun, Al-Mu`tashim, Al-Wasiq dan Al-Mutawakil.
a.
Al-Mahdi (775-785 M)
Al-Mahdi dilahirkan di Hamimah pada tahun
126 H. Sewaktu ayahnya Al-Mansur mulai menjadi khalifah, Al-Mahdi berusia 10
tahun dan Isa bin Musa sebagai putra mahkota bakal pengganti Al-Mansur menurut
perjanjian yang dibuat oleh Abul Abbas As-Saffah,tetapi Al-Mansur berniat untuk
mencalonkan anaknya menjadi penggantinya kelak. Karena itu beliau mengambil
langkah-langkah untuk mengasuh dan mengajarnya tentang kepahlawanan dan
cara-cara memimpin tentara.
Ketika Al-Mahdi
menjadi khalifah, negara telah dalam keadaan stabil dan mantap, dapat
mengendalikan musuh-musuh dan keuangannya pun telah terjamin. Karena itu zaman
pemerintahan Al-Mahdi terkenal sebagai zaman yang makmur dan hidup dalam
kedamaian. Al-Mahdi telah memerintah supaya dibangun beberapa buah bangunan
besar di sepanjang jalan yang menuju ke Makkah sebagai tempat persinggahan para
musafir,memerintahkan supaya dibuat kolam-kolam air untuk kepentingan
kelompok-kelompok kafilah dan hewan-hewan mereka dan mengadakan hubungan pos di
antara kota Bagdad dan wilayah-wilayah islam yang terkemuka.
b.
Al-Hadi (775-786 M)
Al-Hadi adalah khalifah pengganti Al-Mahdi
yang merupakan anaknya sendiri, pada tahun 166 H Al-Mahdi melantik pula anaknya
yang seorang lagi yaitu Harun Ar-Rasyid sebagai putra mahkota bakal pengganti
Al-Hadi.Kalau Al-Mahdi wafat, Al-Hadi dilantik menjadi khalifah yang
menggantikannya secara resmi.
Khalifah Al-Hadi ialah khalifah yang
tegas, walaupun beliau gemar berhibur dan bersenda gurau, tetapi semua itu
tidak melalaikannya dari memikul tanggung jawab.
Seperti yang telah diketahui
khalifah Al-Hadi adalah seorang yang berhati lembut, berjiwa bersih, berakhlak
baik, baik tutur katanya, senantiasa berwajah manis dan jarang menyakiti orang.
c.
Harun ar-Rasyid (785-809 M)
Harun ar-Rasyid dilahirkan di Raiyi
pada tahun 145 H, ibundanya adalah Khaizuran, bekas seorang hamba yang juga
ibunda Al-Hadi. Beliau telah dibesarkan dengan baik sewaktu beliau diasuh agar
berpribadi kuat dan berjiwa toleransi. Ayahanda beliau Al-Mahdi telah
memikulkan beban yang berat, bertanggung jawab memerintah negeri dengan
melantik beliau sebagai amir di Saifah pada tahun 163 H.Pada tahun 164 H beliau
dilantik memerintah seluruh wilayah Anbar dan negeri-negeri di Afrika
Utara.Harun Ar-Rasyid telah melantik pula beberapa orang pegawai tinggi,
mewakili beliau di kawasan-kawasan tersebut.
Pribadi dan akhlak Khalifah Harun Ar-Rasyid
adalah baik dan mulia yang menyebabkan beliau sangat dihormati dan disegani.
Beliau adalah salah seorang khalifah yang suka bercengkrama, alim dan
dimuliakan. Selain itu, beliau juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang
pemurah dan suka berderma. Beliau juga menyukai musik, ilmu pengetahuan dan
dekat dengan para ulama serta penyair.
Pada zaman pemerintahan Harun Ar-Rasyid,
Baitul Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan memberikan setiap orang
makanan yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin.Sebelum itu
khalifah Al-Mahdi juga berbuat demikian tetapi dengan nama pemberian, sementara
Khalifah Harun Ar-Rasyid menjadikannya suatu tugas dan tanggung jawab Baitul Mal.
Khalifah Harun Ar-Rasyid mampu membawa
negeri yang dipimpinnya ke masa kejayaan, kemakmuran dan kesejahteraan. Berikut
usaha Harun ar-Rasyid selama masa pemerintahannya:
·
Mengembagkan bidang ilmu pengetahuan dan seni.
·
Membangun gedung-gedung dan sarana sosial.
·
Memajukan bidang ekonomi dan industri.
·
Memajukan bidang politik pertahanan dan perluasan wilayah kekuasaan Dinasti
Abbasiyah.
d.
Al-Ma`mun (813-833 M)
Nama lengkap khalifah ini adalah
Abdullah Abdul Abbas Al-Ma`mun, adalah anak dari Khalifah Harun Ar-Rasyid yang
dilahirkan pada tanggal 15 Rabiulawal tahun 170 H/786 M.Kelahirannya bertepatan
dengan wafat kakeknya yaitu Musa Al-Hadi,juga bersamaan dengan waktu ayahnya
diangkat menjadi khalifah. Adapun ibunda al-Ma`mun adalah seorang bekas hamba
sahaya yang bernama Marajil. Selain sebagai seorang pejuang yang pemberani
beliau juga sebagai seorang pengusaha yang bijaksana. Semangat berkarya,
bijaksana, pengampun, adil, cerdas merupakan sifat-sifat yang menonjol dalam
pribadi Al-Ma`mun.
Khalifah Abdullah Al-Ma`mun selama
menjabat sebagai pemimpin Daulah Abbasiyah telah berusaha melakukan
perbaikan-perbaikan hal-hal sebagai berikut :
·
Menghentikan berbagai gerakan pemberontakan untuk menciptakan stabilitas
dalam negeri.
·
Penertiban administrasi negara untuk penataan kembali sistem pemerintahan.
·
Pembentukan badan negara.
·
Pembentukan Baitul Hikmah dan Majlis Munazarah.
Lembaga
Baitul Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan (Daur Al-kutub), yang tampaknya
juga aktif disana para guru, para ilmuan, disamping aktivitas Penerjemahan,
penulisannya dan penjilidannya.
e.
Al-Mu`tashim (833-842 M)
Abu Ishak Muhammad Al-Mu`tashim
lahir pada tahun 187 H. Ibunya bernama Maridah. Beliau dibesarkan dalam suasana
ketentaraan,karena sifat berani dan minatnya untuk menjadi pahlawan. Di masa
pemerintahan Al-Ma`mun, Al-Mu`tashim merupakan tangan kanannya dalam
menyelesaikan kesulitan dan memimpin peperangan. Al-Ma`mun juga melantik Al-Mu`tashim
sebagai pemerintah di negeri Syam dan Mesir,kemudian melantiknya pula sebagai
putra mahkota. Al-Mu`tashim menyandang jabatan khalifah sesudah wafatnya,
al-Ma`mun.
Khalifah pindah bersama korp-korps
kayangannya ke Samara. Di sana beliau mendirikan istana, masjid dan
sekolah-sekolah.Tidak lama kemudian Samara mulai megah seperti Baghdad, tetapi
beliau tidak pernah menggantikan Baghdad sebagai pusat intelektual yang besar.
Hal ini juga didukung oleh kondisi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini
berkembang dengan pesat, bukan hanya ilmu pengetahuan umum tetapi ilmu
pengetahuan agama.
f.
Al-Watsiq (842-847 M)
Al-Watsiq dilahirkan pada tahun 196
H, ibunya keturunan Roma bernama Qaratis. Al-Watsiq berperibadi luhur,
berpikiran cerdas dan berpandangan jauh dalam mengurus segala perkara. Bapaknya
telah memberinya kekuasaan di Baghdad, ketika Al-Mu`tashim berpindah ke Samara
bersama-sama dengan angkatan tentaranya kemudian melantiknya sebagai putra
mahkota bakal khalifah. Al-Watsiq telah menyandang jabatan khalifah setelah
wafatnya Al-Mu`tashim ayahnya.
Al-Watsiq adalah penguasa yang
sangat cakap, pemerintahannya mantap dan penuh perhatian, beliau banyak
memberikan uang dan menolong ilmu pengetahuan sepenuhnya, industri maju dan
perdagangan lancar.
g.
Al-Mutawakkil (847-861 M)
Ja`far Al-Mutawakil adalah putra Al-Mu`tasim
Billah (833-842) dari seorang wanita persia. Beliau menggantikan saudaranya Al-Watsiq.
Selama masa pemerintahannya Al-Mutawakil menunjukkan rasa toleran terhadap
sesama. Al-Mutawakkil mengandalkan negarawan Turki dan pasukannya untuk meredam
pemberontakan dan memimpin pasukan menghadapi pasukan asing. Al-Mutawakkil
wafat pada tanggal 11 Desember 861 M.
4.
Faktor-Faktor Keberhasilan Bani
Abbasiyah
Bani Abbasiyah mencapai puncak
keemasannya karena terdapat beberapa faktor diantaranya adalah :
·
Islam makin meluas tidak di Damaskus tetapi di Baghdad.
·
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
·
Dalam penyelenggaraan negara pada masa Bani Abbasiyah ada jabatan wazir.
·
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia dan
berharga.Para khalifah membuka kesempatan pengembagan pengetahuan
seluas-luasnya.
·
Rakyat bebas berpikir serta memperoleh hak asasinya dalam segala bidang.
·
Daulah Abbasiyah,berbakat usaha yang
sungguh-sungguh membangun ekonominya.Mereka memiliki pembendaharaan yang
berlimpah-limpah disebabkan penghematan dalam pengeluaran.
·
Para khalifah banyak mendukung perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
banyak buku-buku yang dikarang dalam berbagai ilmu pengatahuan,serta buku-buku
pengetahuan berbahasa asing diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
·
Adanya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan ilmu pengetahuan, asimilasi itu berlangsung
efektif dan bangsa-bangsa tersebut memberi saham pengetahuan yang bermanfaat.
5.
Lahirnya Tokoh Intelektual Muslim
a. Bidang Filsafat
·
Al-Khindi (811-874 M)
·
Al-Farabi (870-950 M)
·
Ibnu Sina (980-1037 M)
·
Ibnu Bajjah (453-523 H)
·
Ibnu Rusydi (529-595 H)
·
Ibnu Thufail (225-287 H)
·
Al-Ghazali (1058-1111 M)
b. Bidang
Kedokteran
·
Ibnu Sina (980-1037 M)
·
Ar-Razi (194-264 H)
·
Ibnu Baytsar (810-878 M)
c. Bidang
Matematika
Dalam bidang ini salah satu ahlinya
adalah Al-Khawarizmi.Buku pertamanya adalah Al-Jabar
(buku pertama yang membahas solusi sistematik dari lnier dan notasi
kuadrat),sehingga beliau disebut sebagai Bapak
Aljabar. Kata aljabar berasal dari kata aljabr,
satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat.
6.
Kesimpulan
Dinasti
Abbasiyah adalah bentuk kekuasaan pemerintahan yang bekerja meneruskan
pemerintahan Bani Umayyah.Disebut Abbasiyah karena para perancang dan
pendirinya adalah keluarga Abbas (Bani Abbas) bin Abdul Mhuthalib yang
merupakan paman Nabi Muhammad SAW.
Dinasti
Abbasiyah merupakan imperium islam yang pertama kali mencapai kemajuan yang
sangat pesat di dalam ilmu pengetahuan dan sains. Hal ini terjadi karena para
khalifahnya sangat peduli dan perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan.Usaha awal dimulai dari dibangunnya berbagai lembaga keilmuan
seperti kuttub, masjid, madrasah, majlis munazarah dan yang paling mendukung
adalah dibangunnya Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemah, perpustakaan,
penelitian, serta perguruan islam yang mampu memunculkan para ilmuan islam atau
tokoh intelektual muslim.
Para
pemimpin pada masa bani Abbasiyah mempunyai kesadaran ilmu yang sangat tinggi,
hal ini ditunjukkan masyarakatnya yang antusias dalam mencari ilmu, penghargaan
yang tinggi bagi para ulama, para pencari ilmu, tempat – tempat menuntut ilmu,
banyaknya perpustakaan – perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum yang
dibangun oleh para khalifah pada waktu itu, tradisi intelektual inilah yang
seharusnya kita contoh sebagai usaha sadar keilmuan kita dalam mengejar
ketertinggalan dan segera lepas dari
keterpurukan.
Perkembangan
dan kemajuan Daulah Abbasiyah memberikan pelajaran yang sangat berharga akan
pentingnya persatuan dan kesatuan masyarakat demi tercapainya pertahanan dan
keamanan sebuah pemerintahan islam agar dapat dengan tenang dalam
menciptakannya.
BAB 3
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat saya buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya amiin
dan saya yakin makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk makalah selanjutnya. Jika ada kesalahan saya mohon maaf dan
atas perhatiannya saya mengucapkan Jazakumullah.
DAFTAR PUSTAKA
·
Asnawi,Muh,Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang:CV.Aneka
Ilmu,2009
·
Ismiyatun,Sejarah Kebudayaan Islam,Madrasah
Tsanawiyah
·
Yatim,Badri,Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang:-,1996
0 komentar:
Posting Komentar