Rabu, 05 April 2017

RUKUN LA ILAAHA ILLALLAH





Inti ajaran islam adalah La Ilaaha Illallah yang berarti tidak ada sesembahan yang haq selain Allah SWT. Oleh karena itu kalimat La Ilaaha Illallah memiliki dua rukun:


  1. An-Nafyu
    An-Nafyu mafhumnya meniadakan peribadahan (syirik) dari segala sesuatu selain Allah. Perihal ini direalisasikan dengan meyakini bathil-nya beribadah kepada selain-Nya, kemudian meninggalkannya, membencinya (karena pelakunya memasuki kekafiran), serta memusuhinya.


  • An-Nafs “tuhan hawa nafsu”
    Banyak orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan, bukan berarti mereka menyembah hawa nafsu, tetapi bagaimana mereka menempatkan hawa nafsu tersebut layaknya tuhan, mereka lebih mementingkan urusan nafsu daripada urusan akhirat, inilah yang menyebabkan mereka seperti bertuhan bukan kepada Allah SWT tetapi kepada hawa nafsu itu sendiri, sesuai dengan firman Allah SWT:
    أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
    “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS. Al-Furqon 43)
  • Al-Ashnaam “Patung-patung dan Berhala”
    Sejak zaman dahulu Patung-patung dan Berhala memang sudah sering di jadikan sesembahan selain Allah SWT, banyak dari mereka membuat patung-patung/Berhala yang berbentuk orng yang sudah mati dan menyembah mereka. Walaupun mereka menyembah patung-patung tersebut tetapi patung-patung tersebut tidak bisa memberikan manfaat apapun, karena yang hanya bisa memberikan manfaat dan mengabulkan doa hanyalah Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah (ASY-Syuara 69-76) firman Allah SWT tersebut menceritakan kisah kaum Nabi Ibrahim yang menjadikan berhala sebagai sesembahan, tetapi berhala tersebut tdk bisa memberikan manfaat sama sekali, dan bagaiman kaum Nabi Ibrahim tetap bersikukuh untuk menyembah berhala-berhala yang tidak memberikan manfaaat tersebut.
  • Al-Jin dan Al-Mala’ikat “Jin dan Malaikat”
    Jin dan Malaikat adalah dua sosok yang sering di ceritakan di dalam Al-Qur’an, mereka ada dan di ciptakan oleh Allah SWT seperti manusia tetapi berbeda asal penciptaannya, Jin di ciptakan dari api, Malaikat di ciptakan dari cahaya, sedangkan Manusia diciptakan dari tanah, kita manusia di ciptakan Allah SWT sebagai kholifah di muka bumi, sedangkan maaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling patuh dan setia kepada Allah SWT, dan yang terakhir adalah Syaitan/Jin yang di jadikan Allah SWT sebagai penghuni neraka. Sebagaian manusia ada yang menjadikan Jin ataupun Malaikat sebagai tuhan, padahal Jin dan Malaikat hanyalah makhluk yang sama-sama di ciptakan oleh satu tuhan yaitu Allah SWT walaupun memang makhluk yang bernama Jin adalah makhluk yang ingin menyesatkan Manusia agar menjadikan mereka (jin) sebagai tuhan supaya manusia jauh dari Allah SWT dan masuk nerakanya Allah SWT karena melakukan syirik. Mari simak Firman Allah SWT:
    “Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu? (40) Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (QS. Saba 40-41)
  • Al-Anbiya’ “Nabi-nabi”
    Tidak dapat diterima akal dan tidak akan sampai hati, seorang nabi yang menerima wahyu dan ilmu pengetahuan dari Allah serta berbicara tentang Allah, untuk meminta orang lain menyembahnya, bukan menyembah Allah. Yang dapat diterima akal dan sesuai dengan kenyataan adalah bahwa nabi meminta orang lain menyembah Allah SWT yang menciptakan mereka, dengan penuh ketulusan sesuai dengan ilmu yang telah diajarkan dan mereka pelajari dari kitab. Sesuai dengan Firman Allah SWT:
    مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
    “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran 79)
  • At-Thogut
    Thoghut itu pengertiannya umum. Setiap apa yang diibadahi selain Allah dan dia rela dengan peribadahan itu, baik berupa sesuatu yang disembah atau diikuti atau ditaati selain ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, adalah Thoghut. Sesuai dengan Firman Allah SWT :
    لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
    “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh 256)
  • Ar-Rohban dan Al-Ahbaar “orang-orang Alim”
    Manusia menjadikan para pemuka agama sebagai tuhan-tuhan yang menentukan syariat bagi mereka. Perkataan merekapun-meski menyalahi sabda Rasul-dijadikan sebagai agama. Lalu mereka mengikuti kebatilan para pemuka agama itu dan menyembah Al Masih putera Maryam. Allah telah menyuruh mereka di dalam Kitab-kitab-nya dengan perantaraan Rasul-rasul-Nya agar mereka tidak menyembah kecuali hanya satu Tuhan, karena sesungguhnya tidak ada yang patut disembah dalam pandangan agama dan akal kecuali Tuhan Yang Mahaesa. Mahasuci Allah untuk disekutukan dalam ibadah dan penciptaan serta sifat- sifat-Nya. Sesuai dengan firman Allah SWT:
    اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
    “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah 31)


  1. Al-itsbat
    Al-Itsbat mafhumnya menetapkan peribadahan hanya kepada Allah, dengan mengarahkan semua bentuk peribadahan kepada-Nya. Sesuai firman Allah SWT :
    وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
    Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (QS. Al-Anbiya)
    Ayat Allah SWT yang mulia ini menjelaskan bahwa risalah yang dibawa oleh setiap nabi dan rasul adalah satu, yang menjadi inti dakwah mereka. Yaitu menyeru umatnya untuk beribadah hanya kepada Allah SWT dan meninggalkan segala jenis peribadahan kepada selain-Nya.


 


 


 

0 komentar:

Posting Komentar