KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya
sehigga saya berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “PENGARUH AQIDAH ISLAMIYYAH DALAM PEMBINAAN PRIBADI
SESEORANG”
BAB I
PNDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan
tanpa sebuah tujuan. Allah SWT menciptakan bumi
da menciptaka kehidupan di dalamnya bukanlah tanpa tujuan yang jelas,
sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia oleh Allah SWT sebaga
khalifah di bumi untuk mengatur dan mengelolaapa yang ada di bumi beserta
segala sumber daya yang ada.
Di samping kta sebagai manusia harus
pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada,sebagai manusia juga tidak boleh
lupa kan kodratnya yakni percaya adanya Allah SWT dan menyembah-Nya. Karena itu
manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang
di perintahkan Allah STW.
Perumpamaan Aqidah yang lurus tak
luput dari aqidah yang benar kepada Allah SWT, kepada malaikat-malaiat Allah
SWT, kitab-kitab yang di turunkan ole Allah SWT kepada rosul-rosul Allah untuk
di sampaikan kepada kita para uma manusia dalam bentuk Agama Islam.
2.
RUMUSAN MASALAH
·
Apa pengaruh aqidah islam
terhadap pembinaan pribadi seseorang?
·
Apa saja sifat-sifat yang
menonjol dari seorang hamba yang memiliki Aqidah yang shahih?
3.
TUJUAN PENULISAN
Makalah ini di tulis dengan tujuan agar kita
mengetahui apa-apa saja pengaruh Aqidah islam yang lurus terhadap kepribadian
seorang muslim dan pengaruhnya dalam pembinaan ummat islam saat ini, dengan mengetahui
apa-apa saja hal yang menonjol dari orang yag memiliki aqidah yang lurus ini,
kita dapat mengevaluasi diri sendiri, apakah Aqidah kita sudah lurus karena Allah SWT atau bukan.
BAB 2
PEMBAHASAN
Salah satu elemen
penting dalam ajaran Islam adalah aqidah. Aqidah ini merupakan persoalan
mendasar yang harus diyakini seorang Muslim sebelum ajaran-ajaran lainnya.
Ibarat tali kekang, aqidah mengendalikan seorang Muslim agar tidak berjalan
tanpa arah yang jelas. Sebaliknya, aqidah akan mengarahkan seorang Muslim
menuju satu tujuan yang dicita-citakan. Terminal dari aqidah adalah kebahagiaan
dunia dan akhirat. Tidak hanya ajaran yang bersifat normatif, aqidah juga
memberikan efek positif dalam kehidupan seorang Muslim. Aqidah yang shahih
dalam pribadi seorang muslim mampu mempengaruhi sikap dan pandangan hidupnya
shari-hari, Oleh sebab itu ada hal-hal yang menonjol dari beberapa pengaruh
aqidah yang shahih terhadap diri seseorang (muslim)
1.
Merdeka
Kemerdekaan
adalah karunia dan nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, nikmat kemerdekaan harus terus disyukuri dan
dimaknai lebih dalam dari hanya sekedar peringatan belaka. Bukan lantaran
kemerdekaan dicapai dengan pengorbanan harta, jiwa dan raga saja, namun karena
kesadaran kita juga bahwa kemerdekaan itu tak akan mungkin tercapai tanpa
campur tangan dan karunia Allah Dzat yang Maha Kuasa. Pengertian merdeka di
sini tidak hanya berarti merdeka dari penjajahan manusia yang dzalim atau
merdeka karena merasa dirinya bebas dari tuntutan dunia tapi arti merdeka yang
sesungguhnya ialah merdeka yang lepas dari penghambaan diri kepada segala
bentuk thagut (Tuhan Selain Allah SWT), sebagai mana firman Alah Swt di bawah
ini:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا
بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ
يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ
الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدً
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya
telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang
diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka
telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan
mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (An-Nisa: 60)
Harta, kekuasaan, jabatan, uang, kesenangan, kemewahan,
fasilitas hidup, mode, mistik, jimat, perdukunan, ramalan bintang, perjudian
online, narkoba, seks bebas, dan tayangan-tayangan media yang menyesatkan
dewasa ini sudah menjadi sosok-sosok monster yang merongrong aqidah kaum
muslimin. Taghut tidaklah semata-mata dipahami sebagai sesosok berhala dan
patung yang disembah dan dikeramatkan sebagaimana dikenal pada masa-masa awal turunnya Islam. Namun
pada hakikatnya, thaghut dapat berbentuk apa saja yang membuat hati dan pikiran
manusia merasa condong dan memuliakannya, bahkan mencintainya melebihi cintanya
kepada Allah SWT. Oleh karena itu apabila serang manusia sudah memiliki Aqidah
yang shahih maka wajar dia tidak akan terpengaruh dari segala bentuk thagut
yang menyesatkan dan menjauhkan diri seseorang kepada Allah SWT. Hidupnya akan
di habiskan untuk menghambakan iri kepda Allah SWT tanpa pernah menyukutukan-Nya
dari segala bentuk thagut.
2.
Kemuliaan/Harga
diri (Izzah)
Izzah merupakan kemuliaan/kekuatan yang di berikan kepada hambanya
sesuai kedekatannya kepada Allah SWT, sesuai dengan tingkat Aqidah yang terdapat
dalam diri seseorang. Semakin dekat dengan Allah SWT maka seorang hamba
tersebut semakin memiliki Izzah. Karen izzah adalah milik Allah SWT, Rosulnya
dan oarag-orang yang mukmin Sesuai
dengan Firman Allah SWt:
يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ
الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ
وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke
Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari
padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan
bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.”
Kebanyakan manusia tdk mengetahui cara mencari izzah. Ada yg
mncari lewat titel, kedudukannya, ada juga yang melalui harta kekayaan. Mereka
silau terhadap gemerlapnya dunia dan seisinya lalu berlomba-lomba mencarinya.
Sebagian kagum dengan budaya barat dan mengikuti’a. Sebab utama dari semua
itu karena mereka lupa Allah, akibatnya menjadi lupa diri dan lupa misi,
kemudian akhirnya mereka tidak memiliki izzah. Oleh karena itu apabila seorang
muslim aqidahnya shahih dan dekat dengan Allah SWT niscaya Allah SWT akan
memberikan izzah walaupun izzah tersebut tidak di peroleh dari titel yang
didapat di dunia atau harta kekayaan yang di peroleh, semua itu tidaklah
berarti apabila izzah yang datang kepada seorang musim di berikan langsung dari
Allah SWT karena izzah dari Allah SWT akan lebih mulia dari Izzah yang didapat
dari titel maupun kekayaan.
3.
Ketenangan
(Ath-Thuma’ninah)
Thuma’ninah berarti tenang, tidak terburu-buru, dan bisa juga
berarti berhenti sejenak. Pengertian ini tidaklah salah kerena berhenti sejenak
adalah tahap awal dari tenang. Tahap lanjut setelah hal tersebu ialah konidisi
tenang, dimana biasanya banyak seniman seniman mendapatkan inspirasi saat dalam
kndisi tenang begitu pula kita, kadang dalam kondisi tenang bisa memecahkan
masalah masalah pelik yang sedang di hadapi. Sayangnya kondisi Thuma’ninah
adalah sesuatu yang lumayan sulit di capai karena relatif membutuhkan waktu
yang lama, karena manusia yang hidup di zaman sekarang maunya serba cepat dan
instan.
Berhenti sejenak untuk menjernihkan pikiran, untuk memikirkan
resiko dari perbutan yang akan di lakukan, untuk meredam hawa nafsu, dan untuk
tidak melakukan perbuatan yang akan di sesali di kemudian hari adalah segala
bentuk praktek Thuma’ninah. Tenang dan tidak tergesa-gesa, atau yang dalam
bentuk paling sederhananya adalah berhenti sejenak merupakan salah satu bentuk
pengendalian diri yang sangat penting, yang dapat di praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari, dan itu di mulai dari ibadah sholat. Sesuai dengan Firman Allah
SWT:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ
ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.”
Oleh karena itu seorang mu’min yang mempunyai thuma’ninah di dalam
hatinya, maka dia akan berhenti sejenaj untuk merenungkan segala perubatan yang
akan di lakukannya agar terhindar dari penyesalan dan dosa yang mungkin di
dapat karena perbuatan menyimpang dari ajaran Agama Islam.
4.
Rasa
Aman (Al-Amnu)
Dalam pandangan islam Aqidah yang shahih dimana hanya Allah SWT
yang di sembah dan diesakan dan tidak menyukutukan-Nya dengan yang lain adalah
syarat utama untuk terciptanya rasa aman dan tentram, dikarenakan kesadaran dan
penghayatan dalam menyembah dan mengesakan Allh SWT akan melahirkan rasa aman
dan tentram ke dalam setiap jiwa manusia. Hati menjadi tenang, sebagai buah
kepercayaan bahwa hanya Allah yang merupakan Penguasa Tunggal dan Pengatur alam
raya dan yang dalam genggaman tangan-Nya segala sesuatu dan tidak syirik
kepadanya. Tidak ada yang dapat terjadi kecuali atas izin-Nya. Sesuai dengan Firman Allh SWT:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Maka bagi seorang mu’min yang
Aqidahnya mantap dan shahih mereka akan mendapatkan rasa aman dan rasa di
lindungi oleh Allah SWT, karena mereka tidak mencapur adukkan keimanan mereka
dengan kedzaliman syirik kepada Allah SWT.
5.
Optimis
( At-Tafaul)
Optimis adalah suatu sikap yang sangat penting yang harus ada
dalam setiap diri soeorang muslim, kaena manusia tidak bisa lepas dari
konsekuensi kehidupan seperti penderitaan, kesedihan, kesulitan, kebahagiaan
dan lain sebagainya, membuat sikap optimis merupakan komponen penting untuk
membantu menyelesaikan konsekuensi kehidupan seorang manusia dengan bantuan
Allah SWT tentunya.
Firman Allah SWT:
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ
إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُون
“Hai anak-anakku, pergilah kamu,
maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir.”
Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna
mancapai sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup di dunia dan di akhirat.
Dengan adanya sikap optimis dalam diri setiap Muslim, kinerja untuk beramal
akan meningkat dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.
Doa, ikhtiar, dan tawakal harus senantiasa mengiringi, kerena hanya
dengan kekuasaan-Nya apa yang kita harapkan dapat terwujud.
6.
Barakah
(Al-Barakah)
Barakah
adalah kata yang diinginkan oleh hampir semua hamba yang beriman, karenanya
orang akan mendapat limpahan kebaikan dalam hidup. Barakah
bukanlah cukup dan mencukupi saja, tapi barakah ialah bertambahnya ketaatan
kita kepada Alloh.SWT dgn segala keadaan yg ada, baik berlimpah atau sebaliknya
itulah barakah. Hidup yg barakah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru
barakah sebagaimana nabi Ayyub, sakitnya menambah taatnya kepada Allah,dan barakah
itu tidak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya
layaknya Mus'ab bin Umair. Alah SWT akan selalu memberikan kebarakahan kepada
hambanya yang beriman dan bertaqwa dan tidak mendustakan ayat-ayat-Nya,
sebagaimana Firman Allah SWT:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ
كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون
“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Maka tidak heran bagi seorang muslim yang aqidahnya mantap dan
shahih, kehidupannya jauh dari kata susah, karena kehidupan orng yang aqidahnya
shahih baik dalam keadaan kurang ataupun dalam keadaan lebih, maka dia tetap
bersyukur atas segala nikmat yang di berikan Allah SWT. Syukur ini lah yang
menambah barakah nikmat yang Allah berikan kepada orang yang beriman dan
bertaqwa.
7.
Berani
( Asy-syaja’ah)
Banyak arti kata pemberani, pemberani yang di maksud di sini ialah
bukan hanya sekedar berani untuk
bertarung antar sesama manusia atau berani untuk melakukan hal yang sebelumnya
belum pernah di lakukan, tapi arti berani di sini ialah berani yang berlandaskan kebenaran atas nama islam,
berani (Asy-syaja’ah) ialah salah satu cirii orang yang Aqidahnya shahih.
Pemberani adalah orang yang berani membela kebenaran dengan resiko apapun dan
takut untuk berbuat yang tidak benar.
Sifat berani ini dapat kita lihat dalam kisah sejarah para sahabat
dalam membela dakwah di masa Rosulullah SAW. Dimana pada masa awal-awal dakwan
Rosulullah SAW itu banyak di tentang oleh kaum kafir quraisy. Maka bagi orang
yang memliki sifat pemberani seperti itulah maka pertolongan Allah SWT akan
selalu bersama mereka yang bersifat pemberani, berani untuk membela yang hak
dan berani untuk melarangi yang bhatil, karena Allah SWT bersama orang-orang
yang berani sesuai dengan firman-Nya:
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ
الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ
لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ
عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ
كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ
حَكِيم
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya
(dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka
cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan
keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan
kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
8.
Mendapatkan
Kepemimpinan (Al-Istikhlaf)
Al-istikhlaf ini adalah konsep dasar yang berkaitan dengan posisi
manusia yang di berikan Allah SWT di muka bumi sebagai khalifah/pemimpin.
Posisi
khalifah adalah takdir kepemimpinan yang Allah berikan kepada manusia untuk
mengelola kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan ajaran Allah SWT. Untuk itu,
Allah meletakkan berbagai potensi dan kemampuan yang dibutuhkan setiap manusia
untuk mampu menjalankan kepemimpinannya. Banyak pihak memahami posisi khalifah
sebagai kepemimpinan politik, dalam suatu bangunan negara misalnya. Pemahaman
ini tidak salah, namun tidak utuh. Pada dasarnya posisi kepemimpinan ini
melekat pada diri manusia dalam dimensi ruang, waktu dan keadaan apa saja.
Posisi dan peran ini bisa dijalankan manusia atas dirinya sendiri, dalam ruang
keluarga, masyarakat dan tentu juga negara.sebagaiman firman Allah SWT:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.
Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.”
Secara tegas Allah telah menjanjikan sesuatu kepada orang-orang
yang mempercayai kebenaran, tunduk kepadanya dan mengerjakan amal saleh. Yaitu,
Dia akan menjadikan mereka sebagai pengganti orang-orang terdahulu yang
mewarisi kekuasaan di muka bumi, seperti halnya orang-orang yang telah
mendahului mereka. Allah juga akan meneguhkan bagi mereka agama Islam sebagai
agama kepasrahan yang diridai-Nya. Dengan demikian, oarang yang tunduk dan
patuh kepada Allah SWT menjadi memiliki wibawa dan kekuasaan. Begitu pula Allah
akan mengganti keadaan mereka dari rasa takut menjadi rasa aman, sehingga
kalian dapat beribadah dengan tenang dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu
apa pun dalam beribadah. Barangsiapa memilih untuk kafir setelah datangnya
janji yang benar ini, atau keluar dari agama Islam, sesungguhnya mereka itu
adalah orang-orang yang fasik, ingkar dan membangkang.
9.
Tawakal
Tawakal berarti mewakilkan atau menyerahkan.
Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya
kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu
pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan. Imam
al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah
menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar
kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai
jiwa yang tenang dan hati yang tenteram. Tawakkal adalah suatu sikap mental
seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena
di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan
segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam
semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala
persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa
curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Sebagaimana firman-Nya:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ
النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“(Yaitu) orang-orang (yang
mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:
"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,
karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan
mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik Pelindung.”
Dalam aya di atas terungkap bahwa
oarang-orang yang taat kepada Allah WT dan Rosul-Nya maka mereka akan
bertawakkal kepada Allah SWT, mereka percaya bahwa cukuplah Allah sebaga
penolong dan sebaik-baik penolong.
BAB
3
KESIMPULAN
& PENUTUP
Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka
kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan
karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin
kebenaran Aqidah lslamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya
yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara
ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara burni dan langit dan antara
ibadah dan adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh
orang yang menguasai Aqidah lslamiyah adalah :
·
Membebaskan
dirinya dari ubudiyah/ penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya
kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
·
Membentuk
pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun
duka.
·
Dia merasa
aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki,
terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati.
Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).
·
Aqidah
memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada
Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.
Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan.
Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan
rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali
takwanya disisi Allah SWT.
Sekian makalah saya tentang “PENGARUH AQIDAH ISLAMIYYAH DALAM
PEMBINAAN UMMAT” lebih dan kurangnya saya mohon maaf dan saya sangat berharap
kritik dan sarannya karena makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata
sempurna, Wassalamualaikum.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar